Cerita Sex – Cerita Sex Suami Ku Memperawani Kakak Ku, Selain aku dan suamiku, Kakak perempuanku juga masih tinggal di rumah peninggalan orang tua kami. Bukan karena dia belum bisa membangun rumah sendiri, tetapi karena dia belum berumah tangga. Sejujurnya aku merasa kasihan padanya, di usia nya yang telah lebih dari 30 tahun, ia belum menemukan laki-laki yang mau menjadi pendamping hidupnya.
Nita adalah nama Kakak perempuanku. Ia saat ini tidak bekerja. Ia hanya tinggal di rumah dan hanya melakukan pekerjaan rumah yang biasa dilakukan seorang wanita. Aku pun sebenarnya juga tidak bekerja, tetapi aku memiliki suami yang mampu menopang kebutuhanku dan anakku. Karena kami tinggal dengan Kakak perempuanku, maka mau tidak mau, gaji suamiku juga harus dinikmati bersama dengan Kakak perempuanku.
Sejujurnya aku dan suamiku berharap ada seorang laki-laki mapan yang mau menikahi Kakakku, tetapi hingga saat ini, belum ada titik terang untuk itu. Entah apa kekurangan Kakak perempuanku itu di mata para lelaki sehingga tak ada yang mau mempersuntingnya menjadi istri. Mungkin karena jodohnya memang belum datang, pikirku.
Sebagai seorang wanita normal, Kak Nita juga pasti membutuhkan seorang laki-laki untuk menjadi teman hidupnya, dan untuk memenuhi semua hasrat biologisnya. Aku sering mendengar suara desahan dan rintihan dari kamar Kakak seperti suara seorang wanita yang sedang menikmati nikmatnya hubungan suami istri. dan aku yakin Kak Nita sedang melakukan masturbasi di kamarnya. Aku juga sering mengintip Kakak dari celah ventilasi kamar jika ku dengar suara desahan tengah malam di kamar Kak Nita, dan sering ku lihat Kak Nita tidur telanjang di kamarnya sambil meremas-remas payudaranya dan memainkan jarinya di selangkangan.
Saat aku sedang mendesah menikmati gesekan batang penis suamiku di dinding vaginaku, aku sering teringat Kakak dan merasa kasihan padanya, sehingga secara tiba-tiba hasrat bercintaku hilang. Saat seperti itu, suami pasti bertanya kenapa, tetapi aku tidak bisa menjelaskan perasaanku padanya. Sampai pada suatu malam…..
Aku terjaga dari tidurku dan kembali mendengar suara desahan dan rintihan yang berasal dari kamar Kak Nita. Dengan perlahan ku bangunkan suamiku dan memintanya untuk tidak berisik. ku tarik tangan suamiku dan melangkah perlahan ke luar kamar, lalu ku minta suamiku naik ke atas meja yang berada di depan jendela kamar Kak Nita dan ku minta ia mengintip apa yang dilakukan Kak Nita di dalam kamarnya. hanya sebentar Hendy mengintip melalui ventilasi kamar Kak Nita, lalu kemudian dengan hati-hati dia turun dari meja tersebut dan berbisik kepadaku, “Kak Nita sedang nonton BF…”
Aku menarik suamiku menuju ruang depan dan menyalakan TV. sambil duduk di sofa, ku kembali bertanya pada suamiku.
“Apa lagi yang Mas lihat?” tanyaku.
“Kak Nita tiduran telanjang…” jawab suamiku
“Apa lagi?”
“Yah, dia meremas-remas payudaranya dan memainkan jari di sini…!” jawab suamiku sambil menjatuhkan tangannya ke sela pangkal pahaku.
“Mas! Sejujurnya… Itulah yang menjadi pikiranku selama ini!” jawabku sambil memindahkan tangannya dari permukaan vaginaku.
“Masalah apa?” tanya Mas Hendy.
“Hasratku dalam bercinta selalu musnah jika ku teringat Kak Nita yang sampai sekarang harus menikmati seks hanya dengan tangan dan jarinya.” jawabku.
“Hmm…. Jadi itu yang sering membuatmu tidak semangat, ya?” ungkap suamiku. Aku hanya mengangguk mendengar ungkapan pengertian dari suamiku.
“Andai boleh, aku ingin berbagi suami dengan Kak Nita…” sebuah kalimat ringan meluncur dari mulutku. Suamiku terkejut mendengar kata-kataku itu. Ia menoleh kepadaku dengan kerutan di keningnya. Hendy turun dari sofa dan duduk di lantai menghadap kepadaku.
“Sayang! Sebesar itukah rasa kasihan di hatimu untuk Kak Nita?” tanya Hendy
“Lebih dari itu!” jawabku tanpa ekspresi. “Aku juga rela menyerahkan suamiku padanya…” lanjutku.
“Sayang! Aku hanya mencintai kamu, hanya kamu, Sel..! Jangan berpikir yang bukan-bukan tentang hubungan kita… Tentang suamimu! Berbagi suami dengan Kak Nita memang tidak boleh, tapi jika Sel mau, kita bisa melakukannya….!” jawab suamiku.
Kali ini, aku yang terperanjat mendengar kata-katanya. ku tatap matanya sedalam-dalamnya dan ku lihat ketulusan di hatinya untuk berbagi suami demi membahagiakanku. Beberapa saat kemudian, aku beranjak meninggalkannya dan berjalan menuju kamar Kak Nita. Rencananya aku ingin mengetok pintu kamar Kak Nita, tetapi ternyata pintu kamarnya tidak terkunci dan aku langsung masuk tanpa permisi.
Kak Nita yang sedang asyik menonton VCD film porno sambil bermasturbasi, sontak terkejut melihat kehadiranku di kamarnya dan memergoki kebiasaan tak lazim yang dilakukannya.
“Kak Nita! Ikut denganku!” kataku sambil menarik tangan Kak Nita dan mengajaknya ke ruang depan. Kak Nita hanya menuruti saja, meskipun ia tidak mengerti apa alasanku menariknya ke ruang depan.
Dalam remang suasana lampu malam di ruang depan, Kak Nita terperanjat, karena ternyata di ruang itu telah ada Mas Hendy, suamiku. Kak Nita yang berdiri tanpa sehelai kainpun menutupi tubuhnya menjadi sangat malu dengan keadaannya. Namun aku dan suamiku tidak memperdulikan hal itu, aku hanya meminta Kak Nita untuk duduk di sofa, dan aku juga duduk di sampingnya. Dalam posisi di sampingnya, ku angkat paha Kak Nita dan terlihat belahan vaginanya yang ditumbuhi rambut yang tebal.
Mas Hendy juga telah mengerti maksudku, ia langsung mengambil posisi di selangkangan Kak Nita dan memainkan lidahnya di belahan vagina Kak Nita. aku berbisik pada Kak Nita, “Kak! Jangan berpikir macam-macam..!!! Nikmati saja….”
Kak Nita sepertinya tidak mengerti mengapa kami melakukan ini, apakah ini sebagai hukuman atas kebiasaan tak lazimnya yang kami pergoki atau tertumpah dari hasrat tak normal untuk melakukan hubungan seks bertiga. Tetapi semakin lama Hendy memainkan lidahnya di selangkangan Kak Nita, semakin membuat membuat Kak Nita melupakan segala kebingungannya atas apa yang kami lakukan. ku lihat Kak Nita mulai menikmati indahnya dan nikmatnya seks yang sebenarnya.
Aku melepaskan seluruh pakaianku dan naik ke atas sofa lalu memposisikan vagianku tepat di depan mulut Kak Nita. Tanpa diminta, akhirnya Kak Nita menjulurkan lidahnya dan bermain di belahan vaginaku. Dalam posisiku seperti itu, Mas Hendy kemudian menghentikan aksi lidahnya. Ia melepaskan celananya dan mengeluarkan batang penisnya yang besar lalu tanpa membuang waktu, ia tancapkan kepala penisnya ke belahan vagina Kak Nita dan menekannya masuk.
Vagina Kak Nita memang sering menerima rangsangan masturbasi, tetapi ternyata dia masih menjaga keperawanannya, sehingga suamiku masih merasa kesulitan ketika berusaha menenggelamkan batang penisnya di lobang vagian Kak Nita. Mas Hendy harus berulang kali melakukan tarik ulur dan menekan ke lobang vagina Kak Nita untuk dapat tenggelam sempurna di liang senggama Kak Nita yang masih perawanitu. Basahnya lobang vagina Kak Nita tidak begitu membantu proses pelepasan keperawanan Kak Nita.
Melihat keadaan itu, aku tidak lagi menyuguhi mulut Kakak dengan menu belahan vaginaku, tetapi aku turun dan membantu suamiku merenggut keperawanan Kak Nita. ku tarik lutut Kak Nita hingga menyentuh puting payudaranya, dan ku biarkan Mas Hendy berdiri bebas menacapkan penis besarnya di selangkangan Kak Nita yang terbuka lebar. Posisi mengangkang itu, akhirnya berhasil mengamblaskan kepala penis suamiku hingga menyentuh bibir rahim Kak Nita. selanjutnya, mas Hendy mulai memainkan aksinya menggesek dinding vagina Kak Nita….
Hanya sekitar 5 menit, Kak Nita telah mencapai orgasme pertamanya. Namun mas Hendy tidak berhenti menggenjot lobang vagina Kak Nita. ku lihat cairan lembut bening mengucur dari lobang vagina Kak Nita yang masih disumbat oleh besarnya penis suamiku. Cairan merah akhirnya juga keluar memberi warna pada cairan vagina bening yang telah begitu banyak keluar dari lobang vagian Kak Nita. Selang 5 menit kemudian, Kak Nita kembali merasakan orgasme ke-2.
Mas Hendy yang merasa bahwa dinding vagina Kak Nita sudah tidak sanggup lagi menerima gesekan akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan batang penisnya dari lobang vagina Kak Nita. sekarang Mas Hendy mengarahkan serangannya kepadaku, Setelah beberapa menit, aku juga mendapatkan orgasme pertamaku malam itu. saat itulah mas Hendy mencabut penisnya dari lobang vaginaku lalu naik ke sofa dan menyumpalkan kepala penisnya ke mulut Kak Nita.
dengan kepala penis dalam mulut Kak Nita, mas Hendy mengocok batang penisnya yang panjang dengan tangannya, dan ternyata itu adalah akhir permainan. Mas Hendy mendesah dan menyemburkan air spermanya ke mulut Kak Nita.
Sejak saat itu, Kak Nita tidak lagi canggung ketika ia sedang dalam hasrat cinta yang mengelora, ia tinggal datang ke kamarku dan meminta mas Hendy untuk menggaulinya. Meskipun sebenarnya hati ini cemburu, tetapi aku senang, karena mas Hendy selalu berhasil memuaskan kami berdua dalam hubungan seks.