Cerita Sex Kenangan Bersama Sahabat SMA

Cerita Sex Kenangan Bersama Sahabat SMA

Cerita Sex – Cerita Sex Kenangan Bersama Sahabat SMA, Cerita Sex ini merupakan pengalamanku semasa SMA di kota B. SMA yang deket lokalisasi black essence itu loh.. Namaku Yo, panggil aja gitu, saya mau ceritakan pengalamanku dengan Yuni, temen sekelasku. Saat itu, saya bukan siswa yang favorit, ganteng enggak, kaya juga nggak, siswa biasa yang cenderung culun dan nggak banyak tingkah.

Sudah lama aku sering menelan ludah ketika melihat Yuni. Sering aku hanya senyum, menyapa sekadarnya, atau kalau ngobrolpun paling soal pelajaran di sekolah. Karena saya cukup cakap ketika di kelas, Yuni sering nanya soal PR kepadaku. Saya senang saat itu, sembari mengajari, dia yang punya kebiasaan melipatkan kedua tangannya di mejaku, lalu dadanya disandarkan ke meja sambil berdiri. Bisa agan bayangkan lah, kebiasaan anak SMA, yang suka bertumpu tangan dan dada di meja. Saat itu, saya sering mencuri-curi pandang ke belahan dadanya yang sedikit terbuka.Yuni adalah salah satu temen sekelasku. Bodynya sangat indah, toketnya juga sekel untuk ukuran sma. Yuni anak yang baik, meskipun sangat ekspresif dan supel. Setiap hari roknya bikin konti ngaceng, karena diatas lutut dan ditambah kakinya yang putih mulus walaupun agak pendek. Sebetulnya tingginya hampir sama denganku, sama sama pendek.

Indahnya! Walaupun toketnya besar, dia ga pake bra! Tapi hanya dilapis kaus dalam dan mungkin kawai penutup dada. Aku menelan ludah melihatnya, dan sering membayangkan untuk meremas dadanya, mengemutnya, aaah.. andaikan ini bisa jadi kenyataan. Namun, aku hanya siswa yang pendiam dan tak terlalu cakep atau ganteng dan item dan juga pendek. Aku hanya bisa membayangkan saja, dan paling saat pulang ke rumah coli sepuasnya membayangkan Yuniku yang seksi.

Satu hari, kesempatan untuk berpetualangan seksual itu datang. Hari itu, mata pelajaran sosiologi, pada saat itu setiap siswa berbondong datang menuju meja guru, untuk memeriksakan PR’nya kepada guru. Semua berkerumun, sambil memperlihatkan PR nya untuk diperiksa. Tak terkecuali Yuni saat itu. Saya yang sangat PD kalau jawabanku benar semua, sengaja mengakhirkan untuk diperiksa. Saya hanya duduk didepan melihat pantat teman-teman cewekku yang menungging bersandar dada ke meja guru. Karena meja guru lebih rendah dari tinggi dr tinggi siswa, otomatis mereka menungging pol, sampai roknya kelihatan melewati garis lipatan belakang lutut. Sungguh pemandangan yang menyenangkan

Lalu, giliran Yuni dan teman-temannya berkerumun datang ke meja guru. Aku yang saat itu begitu konak, karena melihat cewek-cewek sebelumnya, langsung terperangah ketika Yuni pun ikut berkerumun dan menungging. Sungguh, kontolku langsung berdiri tegak penuh ingin menikmati pantat Yuni yang bohay dan sekel. Oh my god, akal sehatku sudah tenggelam dan hanya ingin menikmati Yuni.

Saat pantat Yuni bergoyang2, aku langsung beranjak memberanikan diri mendekat pantat Yuni. Karena dia menungging, otomatis pantatnya sejajar dengan kontolku yang tegang dibalik celana SMA. Dengan pura-pura melihat tugas teman yang lain yang berkerumun, perlahan aku tempatkan kontolku yang udah keras di belahan pantat Yuni. Ohhh, nikmatnya langsung ke ubun-ubun. Akupun mulai merapatkan dan menekan kontolku untuk dijepit belahan pantat Yuni yang terhalang rok SMA nya. Meskipun terhalang, aku merasakan belahan pantatnya lembut dikontolku, nikmat yang selama ini aku idamkan, akhirnya terwujud juga.

Perlahan, akupun menggesekkan kontolku di belahan pantat Yuni. Yuni diam saja, masih memperhatikan tugas temen lainnnya yang dikoreksi guru sosiologiku. Melihat dia diam saja, akupun aktif menggesek pantat Yuni. Lama kelamaan, aku merasakan nikmat menggesek pantat Yuni. Teman-teman yang lain pada sibuk dengan kerjaan masing-masing. Tiba-tiba aku merasakan pantat Yuni malah menekan kontolku kebelakang, dan semakin menunggingkan pantatnya.

Aku yang kepalang keenakan, merasakan itu, langsung menggesek belahan pantat Yuni dengan cepat, gak peduli apa ada yang lihat. Yang jelas aku udah kepalang nafsu nikmatin pantat Yuni..d Yuni semakin menekankan pantatnya kebelakang, gatau sadar atau tidak aku ga peduli. Aku cepetin gesekin pantatnya, dan akhirnya crooott…crooott… croott.. air maniku keluar didalam celana, dan aku tekan kontolku menikmati denyutan kontolku yang keluar berkali-kali. Yunipun masih diam saja hanya menekan kebelakang. Akupun memejamkan mata, merem melek merasakan kedutan-kedutan kontol. Nikmatnya, celanaku sedikit basah, dan juga basahannya sampe ke rok Yuniku yang seksi.

Aku perlahan mundur sebentar, Yuni terlihat masih anteng. Akupun sedikit merasa bersalah, lalu sayapun simpan bukuku di meja guruku. Setelah guruku melihatnya, lalu guruku beranjak mau membahas hasil PR ku yang isinya bagus. Kerumunan pun bubar, lalu penjelasan dilanjutkan dengan membahas PR punyaku.

Aku yg sedikit lemas, degdegan dan merasa bersalah menyandarkan kepalaku dimeja. Lalu dengan takut, sedikit aku melihat kearah Yuni. Dia hanya tersenyum, sambil melihat penjelasan guruku. Kulihat dia sedikit membetulkan celananya, menariknya sedikit, lalu duduk kembali. Mungkin ia membetulkan celana dalamnya yang terjepit pantatnya terlalu dalam karena perbuatanku. Jam belajarpun selesai, karena Sosiologi adalah jam terakhir.

Aku sengaja pulang dan beres2 agak lama, agar Yuni pulang duluan. Sejujurnya aku malu, dan Yunipun pulang seperti nggak terjadi apa-apa. Akupun pulang, sambil sedikit nggak nyaman karena banyak sperma yang keluar di celana dalamku. Setelah bersih-bersih dan ganti pakaian, dikamar aku buka HP ku. Dan kagetnya ada satu pesan dengan tulisan pengirimnya Yuni! Degdegan aku buka segera, isi tulisannya “hhi, Yo kamu ngapain ih tadi? Hihi… ” akupun kaget bercampur gembira dan ingin segera membayangkan apa yang terjadi selanjutnya.

Setelah aku membaca SMS-nya akupun membalas dan kamipun saling SMS-an..

Yn = Yuni, Yo=aku

Yn= “hhi, Yo kamu ngapain ih tadi? Hihi… “

Yo= “hehe, tadi yang mana yun?” aku pura-pura blo’on

Yn=”haha dasar ih, tadi tau pas pelajaran sosiologi, pas dimeja guru..hhi dasaar “

Yo=”hehe, maaf ya yun, kamu marah ya? Maaf banget..”

Yn=” Iya aku marah!” akupun langsung kaget baca itu, dibawahnya setelah beberapa spasi, “tapi enak hayoh yo, ntar lagi yah ” jedeerr! Aku kaget bukan kepalang..

Yo= “hehe, enak ga yun? Aku ngerasain enak banget nyelipin itu aku di belahan kamu. Udah lama aku pengen sm kamu..”

Yn=”Iya enak yo. Kerasa banget ih anu nya kamu, nyaman, bikin aku gimanaa gitu..hehe.. btw, gede ih kamu, sering ngocok daaa.. “

Yo=”hehe, iya.. jgn bilang-bilang tapi, ntar ga aku kasih lagi.. makasih ya yun, kl km ga marah ntar aku boleh lg ga?”

Yn= “ih…dasarr ketagihan.. hhi.. iya boleh yo. “

Smspun berlanjut dan topik berganti ke yang lain, seperti menanyakan PR dan urusan-urusan sekolah. Di percakapan terakhir, akupun memberanikan diri:

Yo=”okeh, kita lanjut besok.. sayang kamu Yuni”

Yn=”okreeh, sayang sm kamu juga yo”

Hatiku langsung berbunga-bunga dan membayangkan betapa indahnya hari-hari bisa “deket” sama Yuni yang aku idam-idamkan. Malamnya, aku kepalang nafsu, ingin ngocok batangku, kuberanikan diri buat sms Yuni lagi, “Yun, aku pengen ngocok, boleh bayangin kamu ga?”, tak lama iapun balas SMSku, “hihi dasarrr, iya sok aja, jgn lupa bersihin dan mandi.. hehe” dan dengan itupun aku meleleh, sambil ngocok muncrat beberapa kali bayangin Yuni.

Keesokan paginya, seperti biasa aku masuk ke sekolah. Aku yang selalu berusaha datang sepagi mungkin, kali ini aku keduluan Yuni. Ya, sepagi ini Yuni sudah menghuni kelasku yang sepi di pojok lorong sekolah. Tanpa aku menyapa, karena malu, aku langsung duduk di mejaku. “Ciyee, sombong banget ih kamu,” celetuk Yuni. Akupun menoleh dan melempar senyuman. “hehe, Pagi Yun..” sambil tersipu masih malu akibat kejadian kemarin.

Yuni pun menghampiriku, duduk di sebelahku, di kelas yang masih hanya ada aku dan Yuni. Saat dia mendekat, bukan main deg-degannya dadaku. Karena dasarnya emang Yuni ekspresif, ia langsung memulai pembicaraan. “Kenapa ih jadi diem, kemarin sms mah baceo banget..” celetuknya memulai pembicaraan. “Malu, hehe..” ujarku singkat. “Kenapa mesti malu, gpp kali yo.. jangan-jangan masih kebayang yang kemaren yaaaa…” katanya meledekku. “Kamu gak marah kan Yun?” kataku. “Nggak kok yo.. hehe.. mmh.. kamu suka?”, “ho’oh,” aku mengangguk sambil menunduk. Lalu Yuni perlahan memegang tanganku,

“Yo, aku ngerasa aneh tau, pas kamu tempelin kemaren teh..”

“aneh kenapa?”

“hehe, aku agak gemeteran, kaya ada yang panas di tubuh aku teh, tp aku ge pengen terus.. hihi.. pas kamu teken, aku malah merem-merem, dikit nggak nyaman sih, tapi lama-lama enak. Kamu sih ah..”

“Kamu suka Yun? Aku jg ngerasa enak kok.. pengen lagi,, hehe”

“haha, dasar ih kamu mah. Iya ntar lagi we yah, tp jangan di kelas atuh.. malu”

“hah? Emang mau dimana?”

“mmh.. ya dimana weh, yang sepi atuh!”

“Ajak aku weh ke kamar kamu,” unbelievable aku malah bilang ini.

“Haha, iya hayu,,”, jederrrr! Nggak kusangka dia mau…

Detak jantungku sekarang bergemuruh, berdetak lebih kencang dari biasanya. Begitu denger Yuni mau ngamar denganku, aku tak dapat membayangkan, bisa menikmati pantat Yuni. Yuni yang aku idam-idamkan selama ini, akhirnya membuka jalan untuk bisa mereguk kenikmatan cinta bersama. Aku merasa dialam mimpi, belum percaya aku sedikit gigit bibirku untuk menyadarkan bahwa ini bukanlah mimpi.

“Yo, yoo.. heyy ih,,,,ngalamun deuih.. haha,” akupun terhenyak dari lamunanku, tak terasa ternyata dari tadi tangannya yang lembut udah menggenggam erat tanganku. “he..ehh…kenapa tadi?,” akupun malah meremas tangannya dengan kedua tanganku. “Jangan ngelamun atuh ih, mana disini masih sepi.. tumbennya belum pada dateng,”katanya. “Iya, hehe.. lagian ini masih pagi banget atuh, masih jam 6.20,” kebetulan sekolahku ini masuk pukul 7.00, entah karena semesta mendukung entah apa, dikelas masih hanya kami berdua.

Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, akupun hendak memberanikan diri mengutarakan perasaanku kepada Yuni. Sebelum ada teman sekelasku datang dan mengetahuinya, jadi aku tidak terlalu malu.

“Yun,”

“Iya?”

“mmh, boleh ga aku jujur?”

“haha,, jujur apa pengen bujuur” katanya sedikit ketawa dan melet lidah.

“dua-duanya, hehe.. mmh engga ih aku serius, mmh, aku Cuma mau bilang, aku suka sama kamu Yun, aku sayang banget,” dengan sejuta keberanian yang telah terkumpul akupun mengatakannya

“iya, udah tau kok,” katanya lempeng. Ah siaaal, banyak waktu aku butuhkan untuk mengumpulkan keberanian mengatakan perasaanku, dia Cuma bilang udah tau? Ah gilaaa si Yuni ini, bikin hati dan kontolku jadi nggak karuan.

“Jadi??” kataku heran sembari mengernyitkan dahi

“Jadi apaa sayaaang…” katanya masih lempeng

“ih, jadi kamu mau nggak jadi pacar aku,” kataku sedikit kesal

“haha, biasa atuh Yo, ga romantis ih nembak teh..mmh,, mau nggak yah?” katanya dengan sedikit menyebalkan. Lalu diapun memeluk lengan kananku, menyandarkan kepalanya, tanpa sepatah kata.

Tak kusia siakan kesempatan itu, lalu aku mencium keningnya. “aku sayang ama kamu Yun,”kataku serius. Sejenak tak beranjak, lalu tiba-tiba dia memelukku erat, seperti aku tak boleh pergi darinya, seperti aku adalah pelabuhan terakhirnya. Yuni menenggelamkan kepalanya ke badanku yang tertutup jaket. Akupun balas memeluknya, meraba punggung dan rambutnya. Lama kita berpelukan, jujur kontolku mengeras, dan aku ingin pagi ini terjadi sesuatu.

Aku sedikit menurunkan tanganku dari punggungnya, menuju pantatnya yang sedikit terangkat karena memelukku. Perlahan aku elus pantatnya, aku raba lembut kedua bongkahan pantatnya berulangkali, dia diam saja, akupun berhenti dibelahan pantatnya aku elus belahannya, diapun semakin memelukku erat, merasakan susunya yang padat mulai menekan dadaku. Aku mulai sedikit nakal: nyolok lubang pantatnya pake jari telunjuk.

Yuni terbangun, melepaskan pelukanku, “Jangan disini ih, sarap da kamu mah..” Sambil tersenyum, perlahan aku mendekatkan mukaku ke mukanya, Yuni terpejam seakan tau apa yang akan terjadi selanjutnya, dengan lembut aku daratkan bibirku di bibirnya, aku cium bibirnya lembut, lalu perlahan aku emut bibirnya yang masih menutup. Perlahan, bibirnya pun terbuka, mengikutiku mengemut bibir. Jadilah kami saling berpagutan tipis, bibir dengan bibir, tanpa lidah. Sedikit-sedikit aku mulai beranikan diri untuk memasukan lidahku di mulutnya, dia membalas, kami berdua berciuman mesra di bangku kelas. Ciuman mesra pertama bersama orang yang aku inginkan, yang entah apa aku pacaran sama dia atau tidak, aku tak begitu peduli.

Setelah puas berciuman, akupun menjauhkan mukaku, menyempatkan melihat cantiknya wajah Yuni yang kini aku cintai. Aku tersenyum, dia malah menjulurkan lidahnya meledekku. Sambil tak lupa bola matanya sengaja ia julingkan. “Jelek ih..”, “Biarin.. cenah sayang…” katanya, sambil mencubit hidungku. Aku sedikit tertawa melihat tingkah lucunya. Perlahan aku mulai mendekatkan bibirku lagi, belum sempat aku mencium, datang lah temanku Adi. Ah siaal, akhirnya kita sedikit kaget dan mulai berbicara ngelantur, menutupi rasa malu kegep temenku. “heeyy.. keur naooon hayooh adeuuhh…” Yuni pun beranjak pindah dari bangkuku, lalu tertawa dan menyapa Adi yang baru datang, lalu mengalihkan perhatian Adi dengan bertanya tentang PR yang sudah ia kerjakan. Aku hanya diam melihat tingkah lucu Yuniku.

Pelajaranpun dimulai. Seperti biasa tidak istimewa. Skip… bel pun akhirnya berbunyi tanda berakhirnya pelajaran. Aku sengaja sedikit lama membereskan, buku-buku dan alat tulisku. Kelihatan Yunipun melakukan hal yang sama, sepertinya tahu apa yang ada difikiranku. “duluan yah Yo.. Yun… kata temanku yang terakhir pulang”. Kelaspun mulai sepi, tinggallah aku berdua dengan Yuni.

Yuni menghampiriku, memegang tanganku, “Yank, pengen kaya kemaren..” ajaknya. Akupun kaget bercampur tak percaya, dia memintaku duluan. Sontak kontolku berdiri tegang tak membutuhkan waktu lama. “Disini?” tanyaku setengah horny. “hayu gera..” dia menarik tanganku membawaku ke balik pintu.

Diapun mulai melingkarkan tangannya di leherku, akupun langsung nyosor mencium bibirnya, kita berpagut mesra seperti sepasang pengantin baru yang diburu nafsu. Aku menikmati ciumanku dengan yuni, aku peluk dia, dan memainkan lidahku didalam mulutnya. Yang terdengar hanya desahan pelan dari mulutnya yang ku cumbu. “mmh, yo.. mmhhh” “yun, mmhhh,, ssllpphh,,,sshpphh” mmh. Tanpa komando diapun langsung balik badan memunggungiku. Aku tau maksudnya. Kontolku yang sedari tadi sudah tegang, langsung aku tempelkan di pantatnya. Aku gesekkan kontolku di belahan pantatnya yang semok. Sambil aku rengkuh badannya, dan tangan kananku meremas susunya.

“Ahh.. yank,,sshh ahh…”

“Yun.. shhh ahhh…enak banget,,mmhhh”

Tangan kiriku mencari selangkangannya, dan langsung mendarat meraba memeknya. Telapak tanganku kini berada dimemeknya, sambil menggesek kontolku dan meremas susunya, aku juga meremas memeknya dari luar. “hmmmhh..ayaaannkk..ihhh…baooong.. ihhh” lenguhnya manja. Mendengar itu aku semakin terangsang, mempercepat menggesek belahan pantatnya. Tak lupa aku cium lehernya dari belakang, aku jilati dengan mesra lehernya, aku cupangin. Yuni hanya mendesah, “sshh,, ayank..sshhh ahh.. baoong,,,iihhh aah,,,” desahnya. Aku mulai memasukkan tanganku kedalam roknya, memegang memeknya yang terhalang celana dalam. Aku elus belahan memeknya yang mulai lembab, dan lalu semakin basah.

Aku remas memeknya, dan sedikit mengangkat roknya agar rok bagian belakang tidak menghalangi kontolku menggeseknya. “Yank, memek uni basaah.. shh ahh.. baoong ihh kamu maahh.. sshh aahh ahh,” “Tapi enak kan sayang, hmmmhh.. ahh shh ahh ahhh,” tanyaku.. “ahh, iyaahh,, mmmhh enakksshh…cepetin..” Sambil bibirku menciumi lehernya, tangan kananku meremas susunya juga tangan kiriku meremas memek Yuni, aku percepat gesekan kontolku yang terhalang celanaku dan celana dalam yuni.. tak lama kemudian akupun ingin mengeluarka maniku. Sambil aku gesek cepet, meremas keras memek dan susu Yuni, akhirnya pertahananku jebol, dan “crott.. croott…crooott… aahhhhhh” aku melenguh menikmati ejakulasiku di pantat Yuni walau terhalang celana.

Memek yuni semakin basah saja. Spermaku keluar didalam celana dalamku. Aku hanya bisa memeluknya dari belakang. “Yank, udah keluar..”kataku. “Makasih yah sayangku…udah bikin aku melayang..” tambahku sambil mencium pipinya. “Puas nggak ayank geseknya?” tanya Yuni yang dadanya masih naik turun dengan nafas memburu. “Puas banget sayang..” kataku sambil mengelus wajahnya, menciumnya. Lalu dia menarik kepalaku, lalu membisikkan kata ditelingaku “ayank, pengen ewean ga?” bisiknya. Aku langsung sedikit kaget, dan balik bertanya “Emang boleh aku ngewe ayank?” tanyaku. Aku singkap roknya, lalu aku selipkan telapak tanganku ke celana dalamnya, memegang memeknya langsung. Memek yang lembut, dengan bulu yang masih jarang, dan basah sisa pertempuran tadi. “Pengen memek yaaank..” kataku. Dia melihatku sayu, menikmati rabaanku di memeknya. “memek aku ampe basah banget ih.. tapi enak yah..” sambil tak menepis tanganku yang sedang meraba memeknya.

Terlihat ada yang lewat, yang entah siapa, aku langsung menarik tanganku. Yuni juga spontan merapihkan pakaiannya yang kacau akibat perbuatanku. Aku hampir tak sadar bahwa kami masih berada di kelas. Saking terlenanya oleh kenikmatan bercinta ala SMA. Yuni pun mengajakku pulang, aku mengangguk, mengambil tasku dan kami keluar kelas.

Didepan gerbang, yang lumayan ramai, saat aku mengeluarkan motorku, dia nyeletuk “Yank, ewe aku lah..”, sontak akupun menoleh padanya, dia hanya tertawa.

“Hayu atuh dimana?” ajakku

“Yu, kerumah, tapi ewe aku yah..”

“sst..ai kamu, bisi kedengeran..” kataku menyadarkan yuni kalau disana banyak orang.

“hihi.. yuk cepet ih yank..”

“iya..hayu.”

Kamipun bergegas, menuju rumah Yuni.. diperjalanan bayanganku melayang, membayangkan apa yang akan terjadi antara aku dan Yuni. Aku tak menyangka secepat ini, aku bisa menikmati memek Yuni. Sepanjang perjalanan, Yuni memelukku, susunya keras menekan punggungku.

“Cepetin atuh Yo, jalannya, pengen cepet nyampee…” katanya manja

Gas aku tarik sekuatnya, tak sabar pengen ngentotin tubuh Yuni yang aku cintai…

Tak lama kemudian, kamipun sampai di depan rumah Yuni. Rumah yuni memang tak terlalu jauh dari sekolah. Tak seperti rumahku yang agak jauh. “Yank, yu masuk..” ajak Yuni, akupun mengikutinya dari belakang melihat lenggok pantatnya yang tak sabar ingin aku nikmati hari ini. Tapi aku sedikit kecewa, karena dirumahnya sedang ramai ada mama dan saudara-saudara Yuni. “Eh anak mama pulang,” sambut mama Yuni sambil memeluk dan mencium kening Yuni. “Mama tumben rapih banget, mau kemana?” tanyanya kepada Mama. “Oiya, kenalin ma, temen uni, temen sekolah.. mau nemenin uni bikin PR,” mamanya menyapaku ramah, sedikit berkenalan dan tanya-tanya tentang Yuni di sekolah. “Eh..ma, Yo ini anak pinter di kelas, dapet ranking terus, kalo ada PR aku nyontek dia wae..,” cerocos Yuni kepada mamanya. Kamipun ngobrol-ngobrol sambil Yuni menerangkan tentangku di sekolah. “Ah, nggak tante, Yuni aja yang suka lebih lebihin..” kataku saat mamanya Yuni memastikan cerita anaknya.

Tak butuh waktu lama, kamipun jadi akrab. Aku yang sedikit pemalu, berada pada keluarga yang se ekspresif dan terbuka itu, menjadi terbawa lebih terbuka dari biasanya. “Yuni tah tan, suka nakal di kelas, sering bolos mapel alesan ke WC,” ceritaku mencandai Yuniku. “Ih, da Yo mah bilang-bilang, ntar kamu pulang mama langsung ngamuk gera,” balasnya sambil manyun-manyun lucu. Kami hanya tertawa melihatnya seperti itu, aku perhatikan Yuni ku ini begitu cantik, mukanya yang putih, sedikit gingsul giginya dan juga pipinya yang halus, mengingatkanku pada Chelsea Olivia sekarang. Waktu itu, belum ada Chelsea, jadi yang terbayang adalah Yuni yang paling cantik. Rambutnya yang sebahu, dengan poni dan bondu, membuat dia lebih unyu.

Tak terlalu lama kami ngobrol dan sesekali di goda kakaknya kalau kami pacaran, akhirnya mereka beranjak pergi karena harus menghadiri nikahan saudara jauhnya yang ada di Garut. “Yun, awas ya, kunci pintunya, mama pulangnya paling malem, kalau mau makan ada di meja maka… Yo juga makan dulu ya, jangan dulu pulang.. kalau udah beres ngerjain PR nya, ingetin Yuni kunci pintu,” amanat mama Yuni kepada kami. Merekapun pergi, aku dan Yuni ikut melepas mereka pergi. Setelah jauh, aku melihat Yuni sambil tersenyum, sambil membayangkan hari ini aku mau menikmati tubuhnya. “Hayu yank, masuk..” ajaknya. Aku hanya mengikutinya dari belakang, sambil masuk rumah, aku sempatkan nyubit pantatnya yang bukan main bohaynya. Tubuhnya yang pendek, pantatnya yang semok, ditambah susunya yang padat dan besar, membuat kontolku sontak berdiri. Lehernya yang putih mulus, dihias rambut sebahu dengan baju seragam yang kekecilan akibat dadanya yang besar, dan roknya yang pendek kesukaan dia, membuatku tak sabar ingin menikmati memeknya.

Setelah kami masuk, pintu dikunci Yuni. Gorden depan dia tutup. Akupun langsung menubruk badannya, memeluknya dari belakang. Kuciumi lehernya, tanganku aktif meremas susunya yang besar. “Ih ayank, bentar mau tutup dulu ih…” katanya sambil menutup gorden rumahnya. “ga sabar yank, pengen ewean, ngewe memek ayank..” kataku sambil tak henti menciumi leher, menjilatinya, dan terus meremas susunya. Yunipun berbalik, “ayank pengen ewe uni ya? Kita eweannya jangan buru-buru. Bebasin aja weh,, ga ada siapa-siapa di rumah ini.. uni juga pengen puasin ayank..” katanya sambil memeluk leherku manja mengelus pipiku. Kamipun berpelukan di tengah rumah, pelukan mesra, seakan dunia milik berdua. Pelukan yang berbicara, bahwa kita gak akan pernah saling meninggalkan. Perlahan, Yunipun membuka sweater yang aku kenakan. “Yank, eweannya mau dimana?” tanya Yuni kepadaku. “mmh.. bebas we yank, yang penting nyaman aja..” balasku sambil merogoh memeknya. Yuni diam saja saat aku pegang memeknya.

Dengan wajah lempeng, namun kedip mata yang melambat karena keenakan mungkin memeknya aku mainin, Yuni inisiatif membuka kancing baju seragamnya. Baru tiga kancing terbuka, aku menghentikan Yuni, “yank jangan dibuka, aku pengen ngewe kamunya pake seragam,” cegahku ke tangannya yang halus dan sedikit berbulu yang juga halus. “Oh ya udah, tapi branya mah buka ya, hareudang (gerah),” sambil membuka bra’nya ke balik seragamnya. Lalu yuni memelorotkan celana dalamnya hingga lepas, “yank cium cangcut aku, bekas memek, masih basah bekas tadi dikelas,” katanya sambil mengangkat celana dalamnya ke hidungku. Akupun menciumnya, tercium harum memeknya yang khas, membuatku semakin terangsang. Akupun langsung memelorotkan celanaku sekalian dengan celana dalam yang sudah basah karena sperma yang muncrat di kelas tadi. “Ih, ayank kontol ayank gede, emang muat ke memek uni?

Pelan ya yank pas ngewenya, uni belum pernah,” katanya sambil memainkan kontolku yang sudah berdiri tegak. “Pas uni nonton bokep sama si ega, sama si winda, kontolnya teh gede siah yank, tapi masuk ke memek gede juga, si ega mah pernah ewean sama pacarnya, si winda mah kayaknya belum, Cuma ngakunya sih udah, pas kita maenin memek, si ega mah berani masukin jarinya ke memek, ai si winda mah ngelus itil aja we kaya aku,” cerita yuni sambil memainkan kontolku yang mengkilap basah. Aku hanya mendengarkan dan menikmati elusan tangan halus Yuni di kontolku. Aku masih memainkan memeknya yang begitu halus, rambutnya yang belum lebat hanya bergaris garis tipis di kulit atas memeknya membuat pemandangan begitu indah.

Cerita Sex Lainnya:  Cerita Sex Ibu Ratih Guru Dosen Saya

“ayank suka maenin itil?,” tanyaku sambil meremas memeknya. “Iya sering yank, biasanya sambil nonton, tapi lama-lama bosen.. pengen di ewe beneran..” katanya. “iya sayang, sekarang aku ewe yah memeknya, udah siap sayangku?” kataku sambil mengecupnya. “mmmhh..” Yuni hanya menikmati elusanku di memek dan kecupanku. Aku rebakan Yuni di sofa, sofa yang agak besar, seperti kasur mini disertai bantal. Aku elus keningnya yang sedikit berkeringat, aku buka selangkangannya. Terbukalah pemandangan memeknya yang putihnya bukan main, mulus sampai terlihat urat-urat kebiruan dan hijau disekitar memeknya. Memek abg muda, dengan bulu tipis dan bibir memek berwarna pink rapat perawan, begitu membuatku sangat bernafsu.

Namun, aku tak buru-buru ngentotin memek Yuni, aku memainkan dahulu memeknya yang halus. “sshh, ah.. yank mmhh..sshh,” saat ku elus bibir memek yuni. “Yank, itil teh yang mana sih?” tanyaku polos, karena betul betul baru pertama lihat memek dengan jelas didepan mata. Biasanya hanya liat di film bokep dengan kualitas jaman jebot. “Yang ini yank,” sambil membuka dan menekan hingga bibir memeknya sedikit terbuka dan kacang kecil yang asalnya sembunyi di sudut atas memek, sedikit menonjol. “Yank dibawahnya lobang memek aku, ntar ayank masukin kontolnya kesana,” sambil sedikit membuka memeknya, memperlihatkan lobang memeknya. “Kalo ayank pipis, keluar dari lobang memek ini?,” sambil aku sedikit tusuk lobang memeknya sedalam ruas jari. “Bukan ayankku, mun uni pipis mah dari lobang ini tah,” sambil menunjuk liang kencingnya.

Akupun hanya terus membuka-buka memeknya yang rapat. Sesekali Yuni mendesah, keenakan, apalagi ketika jariku menyenggol itilnya. Yuni sesekali meremas susunya sendiri. “yank.. boleh jilatin itil ga?” tanyaku. “iyah ayank..pengeen.. jilatin..mmhh” aku langsung mendekatkan bibirku kememeknya. Menciumi sedikit, memeknya masih harum, khas bau memek. Perlahan aku jilat itil dan belahan memeknya yang basah. Rasanya begitu legit, dan Yuni mulai mendesah.. suara Yuni yang agak serak basah, membuat desahannya begitu merdu. “aahh,,shh aahhh… mmmhh,,,enak yank.,mhh,,iya disitu lagi,,,aahh,, mmhh,, ayyaank,,ahh..,” desah Yuni sedikit keras karena dirumahnya yang cukup besar, dengan halaman yang juga cukup luas, hampir tak mungkin didengar orang luar.

Aku terus menjilati memeknya, memutar mutar lidahku di itilnya yang mulai sedikit membesar. “Ahh..ahh…ayaank..sshh aahh… ahh..cepetin yank jilatnya.. ssh aahh..”desah Yuni menikmati jilatanku. “ooohh… Yoo..sshh aahh Yo…mmhh yaank..aahh.. uni bentarrrhh lagi kluarr ihhhhh,,shhh aaaahhh…” aku mempercepat jilatanku, meski aku belum mengerti orgasme wanita, aku mulai mengenyot ngenyot keras memeknya.Paha Yuni mulai menjepit kepalaku..tangannya menekan kepalaku lebih dalam ke memeknya, dan pantatnya diangkat menekan mukaku, disaat itulah Yuni mulai mengejang cepat, “iiiihhhhhh aayaaaannnkkksssshhh aaaaaahhhhhh,,,uuuhhhhh..” aku mengeraskan jilatan dan kenyotan ke memeknya.. Aku rasakan banyak cairan keluar di memeknya. Aku jilat juga, dan rasanya sedikit aneh dan belum pernah aku rasakan. Seluruh tubuh Yuni mulai melemas, lunglai. Tangannya sudah berhenti menjambakku, pahanya mulai melebar, kepalanya mendongak keatas. Dadanya bergerak naik turun sedikit cepat, ngos-ngosan menikmati orgasmenya. “hahhh…hahh.. enak yank.. hahh..hahh.. hihi.. enak ih dijilatin ayank..” katanya masih lemas dan ngos-ngosan.

Aku berhenti sejenak melihat keadaan Yuni dengan seragamnya yang sedikit terbuka, rok abu abunya yang terangkat, dan memeknya yang terbuka lebar. Aku yang udah gak tahan ingin ngentot Yuni, mulai bergerak memeluknya. Mencium pipi dan bibirnya, menggoyang pantatku sambil menempatkan kontolku di bibir memek Yuni. “Yank, ewe sekarang yah? Mmhh..” “Iya sayang, pelan yah masukinnya.” Sambil menciumnya, kontolku mencari-cari lobang memeknya. Sesekali ke lobang pantatnya, “Jangan kesana ih,” Aku yang terburu nafsu masih mencari-cari lobangnya, sesekali aku tergelincir malan menusuk itilnya.

“Yank, lobangnya dimana..sshh” tangan Yunipun memegang kontolku, mengarahkan kepala kontolku menyeruak bibir memeknya yang sudah licin. “Sok, dorong yank, pelan..udah masuk memek kepalanya mah..” katanya kembali memeluku.. mencium pipiku. Aku rasakan kepala kontolku mulai masuk ke lobang memeknya perlahan. Aku rasakan jepitan memeknya yang masih rapat, aku mulai sedikit memaksa masuk memek perawan Yuni. “Aahh..enak banget yank..sshh..mmh..” desahku menikmati daging memeknya yang hangat dikepala kontolku. “Pelan ih yank..ahh..shh sakiit…mmhh..”mendengar dia kesakitan aku mulai sedikit berhenti menekan. “Ayank ngewenya pelan dulu, masih sakit..ssshh..” bisiknya. “Iya yank, sshh..” akupun sedikit kesakitan karena kontolku serasa menabrak sesuatu didalam sana: memek yuni yang sempit.

Aku rasa ini keperawanannya, aku harus merobeknya dengan kontolku, demi kenikmatan bersama. “Ayank tahan ya, aku mau masukin semua..” aku pikir aku harus dorong agak keras daripada menyakitinya perlahan. “Ahh..iyahh ayank..sshhh aahh sakiittt..sshhh” desahnya. Dengan satu hentakan aku dorong kontolku masuk memeknya yang sangat rapat. “Awwwwhhh…sakiiittt…aaaahh..hiksss..” Yuni mengerang kesakitan, dan aku lihat air mata di sudut matanya. Aku berhenti mendorong kontolku, membiarkan memek yuni beradaptasi, sambil aku menikmati memeknya yang hangat, berdenyut memijat kontolku didalam.

“Maaf ya yank.. jangan nangis, memek kamu enak banget..kamu cantik banget kalau lagi diewe kaya gini,” kataku menghiburnya. Perlahan diapun tersenyum, “gapapa kok yank, sakit gening yah diewe teh, tadi mah enak.. perawan aku buat kamu yank..” Yuni menciumku, “I love you,.. coba ewe lagi pelan-pelan..” Aku mulai menggerakkan kontolku keluar masuk perlahan.. Saat aku menarik kontolku, mata yuni tenggelam ke atas, tandanya ia mulai menikmati. Saat ku tekan masuk memeknya, Yuni mendesah. “ahh…sshhh..ahhh…shhhh….aaaahhhhhhh yank..mmmmhh,” desahnya. Akupun menikmati memeknya yang rapat ini. Kontolku bergerak keluar masuk sambil memeluknya, mencium lehernya. “Ahh,,,sayang,,ih,,sayaang,,,shhhh aaahhhh..” aku begitu sangat menikmati memek Yuni ku yang sempit. “ahh, memek kamu enak bangethh yank..sshh ahhh… mmmhh…sayang kamu banget yaank…” aku ikut mendesah seiring mempercepat entotanku di memek Yuni.

Cukup lama kami bergumul, Yuni terus mendesah menikmati tusukan demi tusukan kontolku di memeknya. “aaachh uuuhh,,,Yo..cepetin Yo..shhh ahhh..cepetin bangett..shhh ahhhh..” Aku dengan segera mempercepat mengocok memeknya. Nikmatnya ngentot Yuniku yang cantik ini, tak dapat aku lukiskan dengan kata-kata apapun. Nikmatnya bagai melayang, seakan tubuhku ringan bagai kapas.”Ahhh..enak memeknya yank..sshh,,enak ngewe ayank…shhh aahhh… oohh oohh,,mmmuachh..oohhhsshhh…”racauku. “Aduh Yo, cintakuuu,,aahhh,,,enak banget…aahhh ewe cepet..terusshhh ahhh,,uuuuchhh,, Yoo..ih aacchhh,,shhh.. memek uni diapain enak ginii..shhh aahh” Yuni juga meracau menikmati pengalaman pertamanya ngentot denganku. Lama-lama aku juga nggak tahan, “yank.. bentar lagi crot ahh..shhh ahh” sambil aku percepat entotanku di memeknya. “Iyah yank…uni juga mau.. sshh ahh,..cepetin ihhhhhh..sshh aaaaaahhh ayaankhh..iihh..” desah Yuni semakin keras. Pada saat itu aku tak memikirkan apakah aku mau ngeluarin spermaku di dalam atau diluar, atau takut bakal hamil, aku tak pikir, yang jelas aku ingin segera mengeluarkan semua maniku di dalam memeknya yang begitu nikmat ini.

“Yank,, ahh aku udah ga tahan, aku pengen kluar..” teriakku, “uuhh aahhh uuuhhhh shhh ahhhhhh anjing enak bangeettthhhh di ewe giniihh aahhhhh…aahh ahhhh ahhhhhhh,,,yaaannkkk ahhhh ahhhh shhh mau kluar jugaaaahhh….aaaaarrrggghhh uni kluarhhh aaahhh..” tubuhnya mengejang menikmati orgasmenya mendahuluiku. Aku masih saja mengocok memek yuni dengan kontolku, kecepatannya sudah sangat cepat karena aku pengen segera keluar menumpahkan seluruh maniku di memek nikmat Yuni.

“aaahhh ayaaankk…ooooohhh… oooohhhhhhh….. oooooccchhhhhhhhh….” Crot..crot..croottt…entah berapa kali maniku nyembur dalam memeknya. Aku dan Yuni berpelukan begitu erat menikmati orgasme kami masing-masing. Kontolku aku tekan dalam-dalam sambil menyemburkan maniku di lobang memeknya. Aku lanngsung cium Yuni, memagutnya hingga puas menikmati sensasi orgasme. “haahh…haaahhh…aaahhh..” hanya itu yang keluar dari mulutku. Sedangkan Yuni merem melek, bulatan hitamnya seolah tenggelam ke atas kelopak matanya yang sedikit terbuka, kepalanya terdongak dengan keringat mengucur. Begitu seksi Yuni ku ini, aku sangat bahagia akhirnya bisa menikmati tubuhnya.

Setelah selesai menikmati orgasme kami masing-masing, aku menindihnya karena lemas. “Berat ih yank..” akupun beringsut ke sisinya. Masih memeluknya, mencium pipinya yang putih dan lembut. Kami sama-sama terdiam, terbengong bisu. Yuni memulai bicara memecah kebisuan, “Enak ih yank di ewe kamu.. sakit awalnya, tapi terusannya mah enak.. memek uni ampe basah banget..” katanya dengan suara yang lucu dan lugu. “Iya enak banget ngewe memek ayank.. tau gini mah tiap hari pengen ngewe da..” balasku. “hihi.. berhasil uni puasin berarti ayanknya.. hebat kan memek uni..,”katanya bangga. “memek uni masih anget ih yank, kontol ayank ngecrotnya banyak deh kayaknya, ih ampe keluar nih yank,” kata Yuni sambil ngelus memeknya.

Aku hanya memeluknya, entah kenapa birahiku naik lagi pengen ngewe Yuni lagi. Tapi aku masih lemas, menikmati pertempuran tadi. Yuni beranjak dari sofa, melepaskan pelukanku, “Uni nyuci memek dulu bentar, ga enakeun.. pengen pipis lagi..” kata Yuni meninggalkanku. Yuni berjalan sedikit mengangkang, terlihat darah keperawanannya membasahi roknya tepat di pantatnya. “Yank, eta darahnya ke rok, gimana atuh?” ujarku, kasihan. “Gapapa weh, uni banyak da rok mah, yang ini mah mau disimpen weh buat kenangan pertama kali ewean,” ujarnya sambil berjalan ke WC meninggalkanku.

Kontolku masih tegak berdiri, malah semakin keras ketika mendengar suara pipis Yuni yang deras menyemprot lantai. Akupun berjalan menuju WC, di pintu WC yang tidak Yuni tutup aku lihat dia jongkok pipis, tapi sepertinya dia sudah selesai, dan mulai cebok. Lain kali aku pengen ngentot dia pas sedang pipis begitu. Tapi karena sudah selesai, kontolku yang masih tegang mulai minta jatah lagi. “Yank, sini ewean lagi bentar, pengen ngewe sambil berdiri,” kataku mengajaknya kembali berhubungan intim. “Mau lagi? Ih dasar,, iya udah bentar yank.. uni ge masih pengen da..” balasnya, sambil menyiram pipisnya.

Begitu keluar, aku langsung peluk dia, aku sandarkan ke tembok, aku angkat roknya, kontolku mencari cari lobang memeknya. “Ih lain kadinya yank… keatas dikit, tah,,iya itu..ahhhh,,,enak banget..” akhirnya aku menemukan lobang memeknya. Aku mulai menekan kontolku masuk memeknya. Yuni tak lagi kesakitan aku entotin, dia malah menikmati rakus menciumi bibirku. “Yank ah, enak banget sih memek ayank.. shhh ahhh…anget ahh,, mmhh memeknya enakkh sshh…aaahhh..” kataku memuji kenikmatan memek Yuni. “Jangan buru-buru sih yank ngewenya.. aahh shhh… pengen diemut susunya dulu atuh…,” aku langsung rakus menciumi susunya, mengemut putingnya yang keras, menjilatinya. “ahhh,,,,enaakkk shhh ahhhh…sayaangg ewe aku terus,,,iihhh shhh ahhhh ahhh,,cepetin ewenya yank shh ahhh…”ceracaunya menikmati entotan dan emutan di susunya.

Aku entot Yuniku yang cantik sambil berdiri, melebarkan kakinya, lalu menusuknya dalam sampai kakiku sedikit berjinjit. “ahh..ayaankk shh,,,ewe terus yaannkk ahhh sayaangg,,shhh ahh ahh ahh auuuuucchhhhh,,,”Yuni terus berteriak mendesah. Aku terus mengocok memeknya dengan kecepatan tinggi. “aahh…ayank uni mau keluar lagi yank.. shhh ahhh ahhh…” desahnya semakin mengerang. Aku langsung mencabut kontolku membalikkan badan Yuni, menyandarkannya kembali ke tembok, aku tusuk memeknya dari belakang, langsung ku kocok cepat, tangan kiriku meremas susunya sambil memeluk dari belakang, tangan kananku bersatu dengan sela-sela tangannya.

Aku kocok memeknya dengan cepat, “aahhh ahh ahh ahhh shhhh aahh ayaaankk..uni kluar nih yank.shhh ahhh ahhh ahhh auuuuuuucchhhhhhhhhh,” Yuni melolong keras, tubuhnya melunglai hampir jatuh. Aku tahan, sambil kontolku tetap mengocoknya yang juga hampir ngecrot, “tahan bentar yank ahh ahh ahhh sshh ahhhhhh,” desahku. “Yank ahh aku ga kuat, udah shh ahhh..” Akupun terus mempercepat kocokanku di memeknya, dan “aaaaacccch yaaaannnnkkkkssshhhh aaaaaaaaacccchhhh…” crott..croott croot… kontolku menyemburkan kembali maniku di dalam memeknya. Kami hampir ambruk ke lantai, tapi menguatkan diri dengan menekan ke tembok sambil berpelukan.

“Enak banget yank..haahh,,haahh,,,haahhhh…” kata Yuni yang habis aku ewe hari ini. “iyah yank, kamu hebat banget, memeknya lezat..” aku cium pipi dan lehernya.. Kamipun sudah sedikit pulih, kontolku mengecil, keluar sendiri dari jepitan memek yuni. Yuni membuka bajunya, membuangnya ke cucian. Roknya juga dia copot, dia genggam, hendak dia simpan sebagai kenangan. Sekarang sudah telanjang bulat, aku belum, seragam atasanku belum kulepas meski kusutnya sudah minta ampun. Yuni berjalan tenang tanpa sehelai benangpun ditubuhnya, terlihat begitu cuek bertelanjang bersamaku. Yuni berlari ke kamarnya, menyimpan roknya.

Lalu keluar lagi masih tanpa busana. “ga akan pake baju?” tanyaku. “Enggak ah, telanjang aja weh, bisi ayank pengen ngewe lagi ntar,, tingal colok. Memek uni kan udah siap.. hihihi.” Ohh.. betapa indahnya hari ini, dilayani Yuniku tercinta. “yuk yank makan heula.” Ajak yuni kepadaku. Aku menghampirinya, saat dia menuangkan nasi ke piring, sambil telanjang begitu. Pantatnya yang besar dari belakang terlihat indah dan seksi. Aku memeluknya dari belakang, memainkan memeknya. “Jangan nyo’o memek wae yank.. linuu,.ayo kita makan..” ajaknya tanpa mengiraukan memeknya yang aku korek-korek. “Hihi..habis suka sih memek ayank,, lucu, enak lagi pas di ewe teh..” candaku sambil nyolokin memeknya. “Ihhh,,jangan dalem teuing nyoloknya, ya iya atuh enak yank.. memek uni buat ayank.. ewe aja semau ayank..” katanya. “Kapanpun??” tanyaku menantang. “Kapanpun, pake aja…” balasnya tak kalah. “Kalau pengen ngewe pas di sekolah?” …. “siapa takut! besok kita ngewe di sekolah yu,,”

Akupun menciumnya setelah itu kami tertawa, dan beranjak makan berdua, sambil telanjang. Kami ngobrol dan merencanakan gimana caranya ngentot saat di sekolah….

Pagi-pagi, aku sudah berada di sekolah. Kebiasaanku emang paling awal masuk ke sekolah, entah kenapa, ontime adalah prinsip dan harga mati. Akupun duduk di kelas sendirian, waktu itu belum ada satupun siswa yang masuk ke kelas. Sambil duduk, aku masih membayangkan pertempuran dengan Yuni hari kemarin. Sampai sore menjelang malam, aku terus mainin memek Yuniku tercinta. Sesekali aku entot-entot tanggung: ga sampai keluar cuman di colok-colok aja. Memeknya masih juga sempit. Dan kemarin, kami sempatkan bersepakat untuk mencoba sensasi baru, ngentot di sekolah.

Saat aku melamun, tak sadar aku mainkan kontolku yang sudah sedari tadi ngaceng berat. Gak tahan rasanya ingin melampiaskan nafsu birahiku di tubuh Yuni, gadisku yang sangat ku nikmati. Karena belum ada yang datang masuk kelas, kusempatkan melihat kontolku sendiri: lendirnya mulai keluar. Aku gesek-gesek, namun aku sadar “nanti aja masukin memek Yuni, kan udah bebas,” pikirku. Akupun segera membuka-buka buku, perlahan satu persatu kawan sekelasku hadir. Aku masih tak melihat Yuni, sampai ketika bel masuk pun belum juga hadir. Padahal hari itu di jam pertama, jam Sejarah yang terkenal gurunya yang Killer. Saat guru killerku menerangkan, lalu “tok..tok..tok..” pintu pun terbuka, “boleh masuk bu?” ternyata yang nongol adalah kekasihku Yuni. Wajah cantiknya sedikit cemberut karena kesiangan dan memelas untuk bisa masuk ke kelas, “jam berapa ini? Silahkan tutup pintu dari luar!” sentak guru Killerku. Aku hanya diam, kasihan melihat Yuniku yang tak bisa masuk kelas.

Tak lama kemudian, hp ku yang sengaja ku getarkan saja, bergetar. Satu pesan masuk, karena tak boleh buka hp di kelas, aku sembunyikan tanganku dibawah meja. SMS itu dari Yuni, “Yank, keluar lah..temenin aku.. ” pesannya. Akupun yang iba, langsung meminta izin untuk keluar kelas dengan alasan sakit perut. Untungnya, karena guru killer itu tau bahwa aku anak yang tak banyak tingkah dan selalu bagus nilai di matapelajarannya, aku langsung dipersilahkan, bahkan disarankan untuk beristirahat di UKS jika masih sakit. Dengan pura-pura kesakitan, akupun keluar.

Diluar, Yuni sudah menunggu dengan tas yang dia pangku diatas pahanya. “Ih, meni lama yank.. ” katanya cemberut. Akupun menghiburnya, dan menjelaskan bahwa minta izinnya susah. “Eh yank, ke wc yu?” ajak Yuni dengan mata berbinar. “Mau apa ai kamu?” tanyaku pura-pura blo’on padahal udah ngaceng banget nih kontol. “Ih ayank mah, ewe heula atuh yank istri kamu teh,” katanya tanpa malu malu sambil sedikit cekikikan.

“Oh.. hhi, iya hayu,,tapi gimana yank ih? Ntar ketauan ada yang liat kita ke WC berdua…” kataku sedikit khawatir. Sejenak kami berpikir, meski waktu itu tak ada satu orangpun siswa yang berkeliaran karena sedang jam pelajaran, namun kami tetap masih takut ada yang memergoki. “Gini we yank, uni masuk duluan.. ayank tunggu dulu disini, trus kalo uni udah masuk, ayank masuk ke WC,,” katanya menjelaskan. “Oh iya atuh, hayu..” lalu Yunipun bergegas masuk ke WC perempuan. Aku lihat kanan kiri, menunggu situasi aman, tapi cukup sepi, WC antara perempuan dan laki laki di sekolah kami bersebelahan, jadi tak akan ada yang tau apakah masuk ke WC laki-laki atau perempuan.

Tak lama kemudian, aku menghampiri pintu WC yang Yuni masuki. Aku ketok pintu WC, “Yun, buka..” ujarku sedikit berbisik. Pintu terbuka sedikit, akupun bergegas langsung masuk ke WC yang ada Yuniku di dalamnya. Saat aku masuk, bukan main kagetnya, disana Yuniku yang cantik, masih kelihatan dandanannya yang sederhana karena memang baru berangkat sekolah, berbondu pink, rambut sebahu, berseragam rapih, namun roknya dan celana dalamnya sudah tak ia kenakan.

Aku sedikit melongo melihat tampilan bidadariku ini, belahan memeknya yang berbulu tipis sembunyi di jepitan selangkangannya. “Naon ayank ih, melongo gitu, hayu ah.. cepet yank.. pengen ewean nih,” katanya dengan suara lembut dan sedikit dipelankan. Aku yang saat itu melongo, langsung menubruknya, memeluknya dari depan, dengan tanganku meremas pantatnya. “Cantik banget kamu yank,” kataku memuji. Pujianku langsung disambut dengan pagutan Yuni dibibirku. “mmuahchhmmhh,,,sppphh,,mmh,ammhh..” Cuma itu yang terdengar dari kami berdua yang saling pagut, tak lupa aku masih meremas pantat Yuni sambil sesekali memainkan lobang pantat dan memeknya dari belakang.

Perlahan ku lepaskan pagutannya untuk memelorotkan celanaku agar kontolku segera menusuk memeknya. Yuni yang hanya memeluk leherku dengan kedua tangannya, Cuma menatap wajahku dengan mata sayu. “Yank, ewe yank.. mmhh..” ucapnya lemah dengan mata sayu, aku langsung menciumnya, sambil melorotkan celanaku sampai bawah, “hayu yank..mmmmuachh…”. Setelah kontolku bebas terbuka, sempat dia pegang kontolku diremes dan dielus sebentar. Lalu Yuniku menarik kontolku untuk segera memasuki liang memeknya yang lembut. Aku menekan-nekan kontolku tak sabar ingin ngentot memek Yuni. “Kela atuh yank, uni masukin liang memek heula, ahh,,” Yuni sambil melihat kebawah melihat kontolku dan membetulkan posisinya agar masuk ke lobangnya. Ngentot sambil berdiri gini emang sedikit sulit, ketika kepala kontolku mulai masuk ke liang memek Yuni yang sudah basah berlendir, “sok yank teken kontolna,masukin lalaunan (perlahan)..” perintah Yuni, akupun perlahan memasukkan kontolku ke dalam memek Yuni. Sengaja aku masukkan pelan-pelan, Yuni yang kembali memeluk leherku dan melihat wajahku dengan sayu, hanya menaikkan bola matanya keatas saat pelan-pelan aku masukkan kontolku ke memeknya. “aahh…ssshh” aku tanamkan kontolku ke memek Yuni perlahan-lahan hingga pangkalnya.

Sejenak kami saling berpandangan menikmati kelamin kami masing-masing yang telah bersatu. “Kela yank, tahan dulu, pengen rasain kontol ayank.. ngeganjel yah,,enak banget. Memek uni ewe tiap hari nya yank?” katanya. Aku belum menggenjot kontolku, merasakan jepitan memeknya yang rapet, sedikit ngilu namun hangat,”Iya yank, enak banget memek ayank, empotin gera yank,” kataku memberi ide, “kumaha yank, gini?? Ahhhhhh,,linu,,,” kata dia sambil ngempot-ngempotin memeknya yang kutusuk. “Ahhh,, memek ayank enak banget? Nah iya gitu, agak keras yank..” kataku dan mulai memaju mundurkan kontolku di memek Yuni. “Aahh…shhh,,enak yank,,ahhh.. kela jangan dientotin dulu memeknya..ahh..” katanya sambil memegang dadaku. “ada apa yank? Sakit?”, “bukan yank, pengen ngerasain gedenya kontol kamu..memek uni kecil ya yank? Sok ketang ewe deui..” katanya, pelan-pelan aku genjot memek Yuni sambil saling melihat. Sesekali aku kecup bibiirnya yang agak sedikit terbuka menahan nikmatnya entotanku di memeknya. Betapa nikmatnya ketika menikmati ngentot sambil saling pandang melihat ekspresi saat digenjot.

Lama-lama Yuni memeluk badanku keras, “uni pengen keluar yank.. cepetin ngewenya..” bisik Yuni ditelingaku. Akupun memeluk erat badannya, dan aku genjot kontolku kluar masuk memek Yuni “ahh..ahh..mmhh..ahh,,ahhhh..” ceplak ceplak bunyi pahaku dan dan paha Yuni saling beradu. “sayang, ahhh,,sayang ahhhh…sshh aaahhhh,” aku mempercepat entotanku di memek Yuni, “ahh ayank, memek uni mw keluar,, ahhh enak giniiihh ahhhh…shhh ahhhhhh…” “kela yank bentar akuhh juga mauuuhhh..aahhh,…” aku percepat entotanku sambil memeluk tubuh Yuni erat, pantatku ku tekan dan dengan tubuh Yuni yang menyandar ke tembok, pantatnya beradu ke tembok, ceplak ceplak ceplak. “anjing, aaahhh enak gini lah di ewe kamu.. sshh ahhh,,, hayang kluar yank… cepetin terus ewenya,,, shhh ahh ahh ahh…” ceracau Yuni yang langsung ku tutup dengan pagutan bibirku karena takut ketahuan.

“pelan-pelan yank ai kamu, bisi kedengeran..ahhh ahhh…” aku terus menggenjot memeknya, “ahh baeeeee.. enak banget sayaangg…uni mau keluaarrrrrhhhh…aaaaaccchh,” teriak Yuni, akupun langsung mencium bibirnya lagi, “aaaahhh,, aku ge keluar yaaankkk..shhhh…aaaaacchh” aku dorong pantatku tinggi- tinggi, sampai Yuni pun sedikit terangkat, kepala Yuni terdongak dengan bola mata naik keatas, sehingga hanya mata putihnya saja yang tersisaa.. “aaaaaccchhhhhhhhhh…. ayaank…aaahhh” desah Yuni lemah. Aku pun menyemburkan banyak sperma di memek Yuni, “aaachh… croot….crottt..croott..”.

Kami saling berpelukan erat, terdiam menikmati orgasme kami masing-masing. Entah berapa kali semburan spermaku keluar di mulut rahimnya. “Mani ayank banyak ih, anget memek uni.. hhi…” katanya menikmati kontolku yang masih berkedut di dalam memek. “Ayank jago banget ngempotin memeknya, ampe cepet keluarnya,” pujiku sambil ku cium kening dan bibirnya. “Yu ah ayank beberes, bawain rok uni ih,,” akupun mencabut kontolku yang mulai mengecil. Dan menaikkan celanaku, yang terlebih dahulu mengambilkan rok Yuni. Yunipun menaikkan roknya, “Yank, aku moal pake cangcut nya, bisi ayank pengen nyo’o memek di kelas..” katanya lempeng. Aku hanya tersenyum, “emang gak takut ketahuan?” “Ya ayank nyo’o memekna tong di depan kelas..” akupun tertawa mendengar celotehan bidadariku ini.

“Ewean di UKS yuk yank?” ajakku..

“iih, ewean wae dasarr… “

“hhi.. atuh hayang ngewe kamu wae yank..” kataku manja memeluknya yang sedang membetulkan baju.

“Iya ntar atuh rada sorean gera, meh udah pada pulang,” balas Yuni

“asik di kasih jatah ngewe lagi…”

“Iya ayank, ntar sebelum pulang aja ewean heula bentar,” katanya sambil mencium pipiku. Yuni langsung membuka pintu, menongolkan kepalanya melihat keadaan.

“Sepi yank, hayu,” sambil melirik kanan kiri. Aku yang dibelakangnya menyempatkan untuk mengangkat roknya dan menusukkan jariku di memeknya sambil ngobok-ngobok. “Ahhh.. jangan ai kamu..ntar aja di kelas..” iapun keluar menarik pantatnya yang aku obok. Akupun mengikutinya…

Kamipun masuk kelas, dan ternyata guru sudah berganti. Kebetulan jam kedua, guru tidak ada, aku dan Yuni menuju belakang duduk bersama di bangku belakang yang kosong. “Leuleus nya yank.. tapi enak banget..” kata Yuni kepadaku sedikit berbisik.

Kamipun berbincang-bincang berdua seperti tak terjadi apa-apa.. sesekali aku elus pantatnya. Kami pun tertawa-tawa.. Lama kami berbincang, karena guru memang tak hadir, Yuni berbisik kepadaku, “Ewean deui yu yank.. memek uni baseuh deui.. hayang ewean..” katanya sambil terkekeh.. Akupun langsung berbinar, lihat kanan dan kiri..lalu menariknya keluar…