Cerita Sex Bersama Tante Anis


Bokep IndoNarasi Seks Asli 2018 Berenang adalah olahraga wisata favoritku sepanjang saya kuliah di Bandung. Tetapi pada periode itu sebagai mahasiswa yang tetap memercayakan kiriman orangtua, saya harus hemat dan tidak dapat seringkali berenang. Paling-paling saya cuma berenang 2 atau 3x dalam satu bulan.

Terkadang saya berenang sama beberapa teman universitas, tetapi seringkali berenang sendiri karena sedikit teman2ku yang ingin menyempatkan diri untuk berenang dengan teratur. Saya kerap berenang di wilayah Setiabudi, di situ ada kolam air hangatnya hingga saya dapat berenang sampai malam tanpa takut kedinginan oleh udara malam kota Bandung.

Narasi seks, narasi seks 2018, narasi seks terkini 2018, narasi seks igo, narasi seks serong, narasi seks sedarah, narasi seks setubuhian, narasi seks perawan, narasi seks 2018 terupdate, narasi dewasa igo, narasi ngentot terkomplet.

Hari Jumat itu saya seperti umumnya berenang sendiri. Sesudah lakukan style bebas bolak-balik seringkali saya istirahat sekalian masih tetap merendam di pinggir kolam. Hari itu cukup sepi, paling cuma 15 orang yang berada di kolam renang. Langit mulai gelap dan beberapa lampu disekitaran kolam renang mulai dihidupkan. Tetapi saya masih ingin lama-lama nikmati kolam renang, mahfum esok hari Sabtu tidak ada aktivitas kuliah.

Tidak berapakah lama kusaksikan seorang wanita berrambut ikal yang berusia sekitaran 40-an masuk ke dalam tempat kolam renang. Walaupun tidak muda kembali tubuhnya kelihatan benar-benar terurus dan seksi. Payudaranya terlihat cukup menggantung tetapi tetap cukup kuat dan menurutku tidak kalah dari wanita-wanita lebih muda. Kulitnya putih dan mukanya masih tetap terlihat cantik…ah.. rasanya saya mengenal wanita itu… Jika tidak salah ia Tante Anis, rekan club aerobik Tante Nita sisa ibu kosku di Dago yang dulu pernah kuceritakan ceritanya beberapa lalu. Patut saja badannya sexy…. Sesudah menempatkan beberapa barang bawaannya wanita itu mulai menceburkan diri ke kolam renang, pas di seberangku.

Lantas perlahan-lahan dia mulai berenang melingkari kolam renang. Saat dia berenang di depanku, kuberanikan panggil namanya, “Tante Anis…” Wanita itu stop dan kembali melihatku.
“Hey… Doni ya… sama siapa berenang?” bertanya Tante Anis sekalian mencubit lenganku.

“Biasa tante… sendiri saja, tante sama siapa?”
“Oh, sama Dewi rekan kantor tante… tetapi sepertinya ia tetap di dalam kamar mengganti tuh…soalnya barusan tasnya ketinggal di mobil… nach itulah baru tiba, tante kenalin yaaa…”

Terlihat seorang wanita, kelihatan masih terbilang muda dan cukup manis mungkin umurnya sekitaran 25-an, jalan ke kolam renang. Rambutnya lempeng melalui pundak, badannya berkesan atletis dengan buah dada montok berisi seperti Pamela Anderson di film seri TV “Bay Watch”. Tante Anis lantas naik ke tepi kolam dan segera mendekati wanita itu. Selang beberapa saat ke-2 wanita itu kembali masuk ke dalam kolam renang.

“Wi.. ini kenalin… Doni, Don… ini kenalin..Dewi, rekan kantor tante,” Sekalian ulurkan tangannya Dewi tersenyum dan mengatakan namanya, senyumannya manis sekali. Aku juga mengatakan namaku sekalian nikmati kelembutan tangannya. Sesudah berbasa-basi sesaat Dewi mohon pamit untuk berenang sejumlah keliling, lantas saya dan Tante Anis meng ikutinya. Sebetulnya saya cukup capek sesudah berenang awalnya, tetapi kebersama-samaan dengan Tante Anis dan Dewi sepertinya sayang jika dilewati demikian saja karena hanya rasa raih yang tidak berapa. Sesudah berenang sejumlah keliling kamipun pada akhirnya stop.

“Doni.. kok sudah lama tante tidak pernah saksikan kamu jemput Tante Nita kembali?”
“Lho… saya khan sudah tidak kost pada tempat Tante Nita…”
“Tetapi tante dengar kamu masih sukai bertemu dengan Tante Nita, iya khan..?” Tante Anis mulai memikatku dengan senyumannya yang nakal. Saya tidak menjawab, cuma ketawa enteng.
“Tante Nita sukai narasi mengenai kamu lho…hmm.. membuat kita-kita ingin tahu dech,” Tante Anis memikat kembali, sekarang tangannya mencubit perutku.
“Aduh… sakit tante…,” kataku berpura-pura kesakitan. Dewi yang tidak paham arah perbincangan kami terlihat cukup kebingungan.

Tante Anis rapatkan tubuhnya ke sampingku dan melingkarkan tangannya di pinggangku.

“Dewi, kamu kenali dengan Nita rekan aerobikku khan..? Doni ini dahulu kost pada tempat Nita dan sejak itu sang Nita dapat menjadi kerasan sekali di dalam rumah jika Doni kembali tidak kuliah, tidak tahu ngapain saja ia sang Doni ini,” Tante Anis ketawa genit sekalian melihatku. Dewi cuma tersenyum-senyum saja melihatku.

“Ah… ati-ati Teh Anis… mahasiswa saat ini memang nakal-nakal….!!”

Udara malam semakin dingin, tetapi situasi kami malah mulai memanas. Saya merasa kegenitan Tante Anis sedang menunggu responku. Saya mulai membulatkan tekad menggenggam dan meremas-remas bokong Tante Anis secara halus. Jantungku berdegap-degup menunggu reaksi Tante Anis… sukurlah ia diam saja dan biarkan tanganku terus berlaga. Cuma saya dan Tante Anis yang tahu benar apa saja yang kami kerjakan. Situasi kolam renang tidak demikian jelas dan kami merendam hanya leher hingga apapun itu yang dibuat tangan-tangan kami di bawah air tidak kelihatan siapa saja. Meski begitu Dewi keliatannya memahami apa yang terjadi, tetapi ia berpura-pura tidak paham dan dengan menyengaja berenang menjauhi dari kami.

Menyaksikan kegenitannya mendapatkan responku dan tidak lagi ada seseorang di dekat kami, Tante Anis makin berani. Tangannya awali dengan menyengaja sentuh penisku yang mulai menegang. Menyaksikan saya tidak menampik tindakannya Tante Anis mulai berani meremas-remas penisku hingga membuat mengeras. Tante Anis tersenyum nakal.

“Oh, ini ternyata yang membuat Tante Nita lupa sama suaminya.” Saya tidak ingin ketinggal, kuraba dan kuremas-remas ke-2 buah dada Tante Anis hingga membuat memekik perlahan-lahan. Kami sama-sama meraba-raba dan berpandang-pandangan penuh gairah. Pelan-pelan kuarahkan tangan kananku ke selangkangan Tante Anis dan kurasakan gundukan yang halus dan hangat antara ke-2 pahanya. Mulut Tante Anis sedikit terbuka, napasnya mulai berasa berat dan matanya mulai sayu, nampaknya ia mulai terangsang.

“Ssstop Doni… jangan disini… kita ke hotel aja… ingin?” kata Tante Anis 1/2 berbisik dengan napas mulai berat meredam birahi. Saya menggangguk sepakat.
“Tetapi Dewi bagaimana tante…. masak ditinggalkan?”
“Tenang saja, itu masalah tante… kamu naik dulu… tante ingin berbicara sama Dewi.”
Saya segera naik dan ambil handuk dan sabun untuk mandi. Saat saya kembali lagi ke kolam renang terlihat Dewi dan Tante Anis telah duduk di atas bangku sekalian kenakan handuk.

“Doni, berkeberatan tidak jika Dewi ikut-ikutan acara kita?” bertanya Tante Anis sekalian mengedipkan mata sebelah kepadaku.
“Terserah Dewi saja, Doni sich tidak berkeberatan tante…” kataku. “Iiih… emangnya acara apaan sich…?” bertanya Dewi, entahlah ia hanya berpura-pura atau memanglah tidak tahu saya tidak perduli, yang terang malam hari ini saya akan nikmati badan Tante Anis yang seksi. Belum terpikir buatku bagaimana jika kelak Dewi turut gabung, saya tidak pernah ML dengan lebih satu wanita sekalian.

Kutitipkan motorku di dalam kantor Satpam, kebenaran karena seringkali berenang di sana saya menjadi mengenal sama mereka. Kami bertiga lantas melaju pergi ke Lembang dengan mobil Tante Anis. Sesaat kemudian kami sampai di Lembang dan Tante Anis lantas ajak kami untuk makan malam dalam suatu rumah makan. Sesudah usai makan Tante Anis beli sejumlah kaleng bir, softdrink dan makanan kecil, “Untuk perbekalan sampai pagi cukup nggak…” bertanya Tante Anis sekalian tersenyum nakal. Saya menggangguk sepakat sementara Dewi masih berpura-pura tidak tahu apakah yang terjadi.

Pada akhirnya kami melaju ke sebuah hotel kecil yang lumayan bagus disekitaran Lembang, lokasinya sedap dan aman untuk berselingkuh karena mobil dapat segera parkir dalam garasi yang ada di samping kamar. Mungkin hotel itu semenjak sebelumnya telah direncanakan untuk tempat perselingkuhan, entahlah…..
“Eh.. sama seperti yang saya katakan tadi…. jika kalian ingin ML saya tidak ikut-ikutan yaa… saya hanya tunggu kalian di mobil saja.”
“Aduh Dewi… kami tidak sampai hati ninggalin kamu di mobil. Kita akan di sini sampai pagi lho, ikut-ikutan saja dech ke kamar. Jika tidak mau ikut-ikutan kami ML tidak apapun, that’s your choice honey… kamu dapat tunggu di ruangan tamu sekalian minum bir. Atau jika perlu dapat kami pesankan “extra-bed”. Bagaimana..?” bertanya Tante Anis. Dewi pada akhirnya menggangguk sepakat.
“OK saya di kamar tamunya aja… tetapi kalian jangan ribut ya…. kelak saya tidak dapat tidur.”

Kupikir Dewi ini hanya berpura-pura saja tidak ingin turut ML, jika ia betul-betul tidak ingin ikut-ikutan mengapa ia barusan tidak meminta diantarkan pulang saja. Itu jauh lebih bagus daripada tidur di mobil atau di dalam kamar sementara kami asyik bercinta sampai pagi. Saya rasa Dewi ini sebetulnya ingin tetapi malu karena baru mengenal denganku beberapa saat lalu, menjadi aku pikir bagus jika saya menyengaja memancing-mancing dan ambil ide agar ia ingin turut. Minimal dengan itu ia tidak harus merasa malu jika “mau tak mau” turut gabung. Hmm… jika Dewi ingin ikut-ikutan, ini akan jadi pengalaman pertama kaliku ML dengan 2 wanita sekalian.

Kamar hotel yang diminta Tante Anis lumayan besar, sebetulnya cuman satu ruang tetapi di antara tempat tidur dan ruangan tamu dipisah oleh gorden pemisah. Dengan keadaan semacam itu apapun itu yang terjadi pada tempat tidur pasti kedengar di ruangan tamu. Dewi merebahkan dianya di atas bangku sofa.
“Selamat ML yaa… saya ingin di sini saja nikmati bir dan tidur pulas.”

Sampai di dalam kamar Tante Anis mematikan lampu kamar dan cuma tersisa lampu tidur yang hidupnya remang-remang saja sementara saya segera merebahkan diri pada tempat tidur. Tante Anis lantas meng ikuti dan tiduran di sebelahku. Tanpa menanti instruksi saya segera merengkuh dan mencumbu Tante Anis, bibir kami sama-sama memagut dan lidah kami sama-sama melilit penuh gairah. Tangan-tangan kamipun mulai sama-sama meraba-raba dan meremas wilayah peka masing-masing. Kuselipkan tanganku ke kembali pakaiannya, oh… ternyata Tante Anis tidak kenakan BH kembali hingga tanganku secara gampang langsung meremas payudaranya. Sementara itu tangan Tante Anis dengan garang berusaha masuk ke dalam celana dalamku untuk meremas penisku yang telah menegang semenjak barusan. Sesudah sesaat kami bergumul dan sama-sama meremas dengan panas, saya mulai melepas t-shirt dan celana jeansku sementara Tante Anis mulai melepaskan bajunya satu demi satu.

Pada akhirnya kami berdua tiduran di atas tempat tidur tanpa satu helai busanapun.
“Tante Anis… tante seksi sekali…,” kataku beri pujian sekalian meraba-raba payudara dan putingnya. Menyengaja saya bicara tanpa berbisik agar Dewi dapat turut dengar.

“Ah… kamu dapat saja,” terlihat muka Tante Anis memeras, mungkin merasa senang mendapatkan sanjungan dari anak muda. Tante Anis nampaknya memahami tujuanku hingga diapun tidak berusaha memperkecil suaranya.
“Tante, Doni ingin nikmati badan Tante Anis malam hari ini sepuas-puasnya… lampunya Doni hidupin saja yaa…”
“Iihh… tante malu ah… khan sudah tidak muda lagi…”
“Tetapi tante masih seksi sekali lho… swear deh…. Doni benar-benar terangsang.”
“Terserah Doni jika gitu… emangnya Doni ingin simak apa sich kok pakai hidupin lampu segala…”
“Doni ingin nikmati badan Tante Anis yang seksi ini sampai senang, Doni ingin nikmati buah dada tante yang cantik, Doni ingin nikmati semua sisi vagina tante yang tertutup bulu-bulu lebat itu, Doni ingin simak klitoris tante, Doni ingin simak semua sisi dalam vagina tante. Bisa khan…?” kataku membujuk sekalian menghidupkan lampu kamar.

Itil V3
“Pasti bisa saja sayang…., malam hari ini tante menjadi punya kamu. Doni bisa simak apapun itu yang Doni ingin, bisa pegang apapun… dasarnya bisa ngapain aja… sesuka kamu sayang….. Namun kebalikannya Doni menjadi punya tante malam hari ini yaa…. Saat ini tante ingin pegang dan isep pisangnya Doni…gimana?” bertanya Tante Anis sekalian mendorongku ke arah tempat tidur.

Mulai Tante Anis menjilat-jilati dan mengulum penisku. Ternyata Tante Anis cukup pakar dalam ber-oral, diremasnya buah pelirku sementara penisku ditempatkan ke mulutnya untuk disedot.
“Hmm dasar anak muda, penisnya keras sekali jika berdiri… tante sudah lama tidak merasakan penis yang keras semacam ini. Tante tidak sabar ingin merasakan ini dalam punyai tante….” kata Tante Anis sekalian terus menjilat-jilati kepala penisku. Ditempatkannya lagi penisku ke mulutnya dan kadang-kadang lidahnya menjilat-jilati lubang penisku, wow… rasanya membuat badanku tergetar meredam nikmat.

“Oohh… tante… sedap sekali tante….mmhh… isep terus tante…,” saya menyengaja ekspresikan tiap rasa nikmat yang kurasakan dengan keinginan agar Dewi kepancing untuk turut gabung.

Saya putar posisiku sedikit agar tanganku bisa meraba-raba dan meremas payudara Tante Anis sementara ia masih tetap mengulum penisku. Secara halus kuremas payudaranya dan kupilin-pilin pentilnya. Ini membuat Tante Anis semakin bergairah dan semangat mengulum penisku. “Mmhh….mmhh…..” Tante Anis mulai mendesah-desah meredam nikmat. Gempuranku kulanjutkan kembali, ini kali tanganku mulai ke arah vaginanya. Kurasakan bulu-bulu kemaluannya yang lebat cukup basah oleh lendir yang licin. Jemari tanganku mulai menguak bulu-bulu vagina Tante Anis dan masuk ke belahan bibir vaginanya.

Cerita Sex Lainnya:  Cerita Sex Tubuh Mungil Ci Ana

Pada akhirnya dengan perlahan-lahan kumasukkan jemari tengahku ke lubangnya yang basah oleh lendir. Kugosok-gosokkan jariku secara halus ke dinding-dinding vagina Tante Anis sementara ibu jariku permainkan klitorisnya hingga Tante Anis menggeliat kenikmatan.
“Ah… Doni…. mhh…. masukkan saat ini sayang… tante sudah ingin merasakan penis Doni dalam vagina tante,” ucapnya sekalian melepas penisku dari mulutnya.

Tante Anis lantas merebahkan dianya pada tempat tidur sekalian buka ke-2 pahanya untuk mempersilakan penisku masuk. Tetapi saya tidak langsung ingin mainkan partai pucuk, saya harus simpan tenaga karena bukan tidak kemungkinan ada partai tambahan dengan Dewi. “Sabar dahulu ya tante… Doni ingin sekali jilat vagina tante…Doni tidak tahan simak vagina tante terbuka seperti itu… boleh….?” “Terserah Doni sayaang…. tante sudah ingin sekali sampai pucuk….” Bokong Tante Anis kuganjal dengan bantal hingga saya tidak butuh terlampau membungkuk untuk nikmati vaginanya. Perlahan-lahan kubuka bibir vaginanya yang sedikit menggelambir dengan ke-2 jempolku, kelihatan sisi dalam vagina Tante Anis demikian merah dan menggairahkan. Lubangnya tetap kelihatan cukup sempit walaupun telah mempunyai dua anak, sedangkan klitorisnya terlihat menyembul bundar pada bagian atas bibir vaginanya.

Tidak kuat menyaksikan panorama yang demikian menghidupkan birahi pada akhirnya saya memasukkan lidahku ke lubang vaginanya. Dengan penuh gairah kujilati semua sisi vagina Tante Anis, dimulai dari klitoris, bibir vagina, sampai lubang vaginanya tidak lepas dari sapuan lidahku yang garang. Tante Anis meremas rambutku dan terus mendesah meredam nikmat.
“Oohh… oohh… mmhh… Doni…. mmhh… adduhh….” Suara Tante Anis semakin membuatku semangat, saya terus menjilat-jilati semua sisi vaginanya mirip orang bocah sedang nikmati es cream coklat yang sangat nikmat. Jari-jariku mulai turut mengambil sisi untuk masuk ke lubang vagina Tante Anis, sedangkan itu bibirku mengulum klitorisnya dan lidahku terus menjilat-jilati dan permainkannya dengan penuh gairah.

“Aaahh… Donii… tante tidak tahan Don…. adduuh…” desahannya semakin tidak teratasi dan tangannya mulai meremas rambutku dengan keras sementara itu otot-otot ke-2 kakinya mulai menegang. Nampaknya tidak berapakah lama nantinya Tante Anis akan alami orgasme.

Sementara itu samar-samar kusaksikan bayang-bayang di ruangan tamu mulai bergerak, ah… ternyata Dewi mulai kepancing untuk menyaksikan apa saja yang kami kerjakan di atas tempat tidur.

“Doni… Doni… mmhh… tante tidak tahan lagi… tante sudah ingin keluar…. mmhh…. ahh…aahh…,” pada akhirnya semua badan Tante Anis menegang sepanjang sesaat dan terkulai lemas. Kulitnya yang putih terlihat berbeda cukup memeras, Tante Anis alami orgasmenya yang pertama malam tersebut. Ia terbaring lemas dengan mata terpejam dan mulut terbuka sementara itu vaginanya yang merah seperti daging mentah terlihat tetap berdenyut keluarkan beberapa sisa kepuasan. Tante Anis pelan-pelan mulai sembuh kesadarannya sesudah sesaat terlena oleh kepuasan orgasme.

“Doni… sedap sekali orgasmenya… mmhh… tante sampai lemes…. rasanya belum apapun tulang-tulang tante rontok semua….”
Saya cuma tersenyum. “Bagaimana tante… sudah siap lagi….,” tanyaku memikat.
“nanti kembali ya Don… tubuh tante masih lemes…. dan kembali rasa nikmatnya belum juga lenyap….”

Sementara itu kusaksikan Dewi telah berdiri dari sisi gorden pemisah ruang, turut nikmati apa saja yang kami kerjakan.
“Dewi, jika ingin masuk ke sini aja… tidak apapun kok,” kataku memancing-mancing.

“Iih… tidak ah, saya hanya ingin melihat kalian ML saja kok, masalahnya suaranya hebat sekali sich… sampai Dewi tidak dapat tidur.”
“Iya Dewi… sini saja lah…, ngapain kamu berdiri di situ… duduk saja di dekat tempat tidur agar dapat simak lebih terang jika memang ingin simak kita ML,” Tante Anis turut menyahut. Dewi terlihat masih malu, saya lantas berdiri mendatanginya dan menariknya ke segi tempat tidur.
“Tetapi kalian tidak apapun jika Dewi ikut-ikutan melihat di sini…?” tanyanya sekalian duduk di atas bangku.

“Ah tidak apapun Wi, justru kami lebih suka jika kamu ingin ikut-ikutan ML dengan kami, iya khan Don…… Ikut-ikutan kematianah sekaligus, saya tidak akan katakan sama suamimu asal kamu tidak narasi ke suamiku,” kata Tante Anis sekalian melihatku dan saya menggangguk menyetujui. Muka Dewi terlihat merah, “Ah.. Dewi hanya ingin simak kalian saja dulu….” Benar sangkaanku, sebetulnya Dewi ingin turut gabung namun dia masih malu. Yang diperlukannya hanya sebuah argumen yang cocok.

Sementara itu Tante Anis nampaknya telah sembuh seutuhnya, tangannya mulai raih penisku dan membimbingnya ke lubang hangat di selangkangannya.

“Mari sayang… kita lanjutin lagi…. saat ini punyai kamu harus dimasukkin kesini ya…tante dari barusan ingin merasakan punyai kamu…” Saya cuma tersenyum, sedangkan itu saya mulai menjilat-jilati payudara Tante Anis dan permainkan putingnya antara ke-2 bibirku. Badan Tante Anis mulai menggelinjang-geliat kembali.

“Ah… Doni… tante menjadi konak lagi… punyai kamu masukkan ya…. saat ini sayang… sekarang… tante sudah ingin sekali merasakan penismu yang keras ini…” Tante Anis terus merengek minta saya masukkan penis ke vaginanya sementara itu tangannya terus meremas-remas penisku hingga membuat semakin mengeras. Pada akhirnya pelan-pelan kubuka paha Tante Anis hingga bibir vaginanya memotong dan memperlihatkan lubangnya yang bisa mengundang gairah birahi tiap lelaki.

Dengan pelan-pelan kutuntun penisku ke arah lubang vagina Tante Anis yang siap menunggu semenjak barusan, dan… blesss… dengan sekali sentakan enteng penisku masuk ke vaginanya. “Aahh…” teriak Tante Anis sekalian meningkatkan pinggulnya untuk menyongsong penisku. Ternyata Tante Anis sangat terangsang dan bergairah hingga sekalinya ia ada pada posisi bawah malah ia lebih aktif menggerakkan pinggulnya. Saya tidak ingin kalah garang dengan tante berusia 40-an ini, kugerakkan pinggulku naik turun dengan sentakan-sentakan yang kuat hingga penisku berasa masuk ke dengan oke.

“Aduhh.. Doni… penismu sampai ke ujung… sedap banget….mmhh… terus sayang… tusuk yang kuat sayang… tante suka…. mmhh… mmhh…. mmhh… mmhh …mmhh..” Tante Anis terus mendesah berkali-kali selaras dengan tusukan penisku. Suara kecipak beradunya penisku dengan vagina Tante Anis dan suara derit tempat tidur yang bergoyang mengikuti desah persetubuhan kami yang garang. Saya rasa dengan semacam ini Tante Anis tidak tahan lama.

Sesaat selanjutnya Tante Anis meminta mengganti posisi, ia ingin ada di atas. Pada akhirnya saya tiduran pasrah sementara Tante Anis menempatkan dianya berjongkok di atasku. Tangannya raih penisku dan menuntunnya ke arah lubang vaginanya yang basah kuyup oleh lendirnya sendiri. Demikian penisku masuk, Tante Anis lantas mulai menggerakkan pinggulnya dengan garang. Pergerakannnya lama-lama semakin cepat dan desahannya semakin keras, “Mhh… mmhh.. mmhh….” saya tidak pernah rasakan goyangan pinggul seorang wanita engganas Tante Anis. Karena sangat keras dan semangatnya goyangan Tante Anis, seringkali penisku sebelumnya sempat lepas dari cengkraman vaginanya tetapi Tante Anis dengan cepat masukkan lagi. Dan pada akhirnya tidaklah sampai tiga menit Tante Anis pada posisi atas iapun mulai alami orgasme yang ke-2 kali….

“Aduh… tante ingin keluar kembali sayang… aduuh… mmhh… mmhh… mmhh… aahh!” Tante Anis menjerit keras bersamaan dengan orgasmenya yang ke-2 . Ke-2 tangannya mencekram kuat dadaku dan kepalanya mendangak ke atas sementara itu vaginanya menelan habis penisku sampai saya dapat rasakan ujungnya.

Baru ini kali kurasakan orgasme seorang wanita yang demikian garang dan intensif. Engganas-ganasnya Tante Nita, rasanya kalah garang dibanding Tante Anis. Sesaat kemudian Tante Anis terkulai lemas di dadaku. Saya melihat ke Dewi, kusaksikan ia mulai terangsang luar biasa menyaksikan “live-show” di muka matanya… Duduknya serba resah dan tangannya meremas-remas ujung pakaiannya. Saya sendiri sebetulnya belum orgasme, tetapi rasanya sebentar lagi. Permainan liar Tante Anis harus membuatku semakin dekat ke arah pucuk orgasme . Jika saya saat ini ajak Dewi untuk ML tentu saya tidak mampu tahan lama, menjadi kuputuskan untuk menuntaskan ronde pertama kaliku dengan Tante Anis saja. Sesudah Tante Anis mulai sembuh dari orgasmenya, saya membalikin badannya hingga ia lagi dalam posisi telentang. Tanpa basa-basi langsung saya menanamkan penisku ke vaginanya.

“Doni… tante masih lemes… sabar sayang…. sesaat lagi…. mmhh… mmhh…” Tante Anis coba mendorongku. Tetapi tenaganya tidaklah cukup kuat, kembali juga cuma berlalu beberapa menit selanjutnya nampaknya Tante Anis mulai terangsang kembali. Apalagi sesudah telinga dan lehernya kujilati dengan lidahku. Mahfum kaum hawa dalam soal persetubuhan sebetulnya lebih luar biasa dari pria, mereka dapat alami orgasme berulang-kali pada waktu yang singkat jika memperoleh rangsangan yang akurat.

Saya terus menusukkan penisku berkali-kali ke vagina Tante Anis.
“Doni… kamu nakal sekali… mmhh… mmhh …. dasar anak muda….. mmhh… adduuh sayang… kelak tante dapat keluar lagi…. mmhh… Doni… aduuhh…mmhh… tante menjadi konak lagi… aahh… kamu garang sekali….” kurasakan pinggul Tante Anis yang sebelumnya diam pasrah sekarang mulai meng ikuti pergerakan pinggulku. Setiap saya menusukkan penisku, pinggul Tante Anis membentak ke atas hingga penisku masuk makin dalam. Pergerakannya yang balik garang membuat ketahananku nyaris bobol. Pelan-pelan kuatur posisiku supaya bisa menusukkan penis sedalam-dalamnya.

“Tante… sudah ingin keluar belum…..?”
“Mmhh… iya sayang…. tante sudah ingin keluar lagi…. mmhh …mmhh…”
“Saat ini kita berbarengan ya… Doni sudah ingin keluar….” “Hmmhh……. keluarin saja sayang… keluarin semua di dalam…. tante siap memuat…. tante sudah tidak tahan sayaang.. … tusuk tante yang kuat……. mmhh…. uuh… rasanya penis kamu semakin besar….. dorong yang kuat sayang….. iya… semacam itu sayang… iya… masukkan yang dalam…mmhh… adduuh… tante keluar lagi…. aahh…aagh….!!”
“Tante… mmhh… aduuh… Doni sudah tidak tahan lagii….. aahh…aahh..aagghh…!!” Pada akhirnya sebuah semprotan sperma yang hebat ke vagina Tante Anis mengikuti kepuasan orgasmeku.

Sementara itu badan Tante Anis menegang lagi dan berkedut-kedut meredam nikmat orgasmenya yang ke-3 malam tersebut. Selang beberapa saat badan kami sama-sama berangkulan dengan lemas, kami tidak bergerak atau berbicara untuk sesaat karena rasa nikmat orgasme yang bersama barusan seakan melelehkan semua kemampuan dan kemauan kami sepanjang sesaat.

Saya dan Tante Anis cuma ingin diam berpelukkan dan sama-sama nikmati hangatnya badan masing-masing, sedangkan penisku yang dirasa semakin menurun tetap tertanam dalam vagina Tante Anis…. Sesaat kemudian saya membaringkan badanku dari sisi Tante Anis. Baca : Cerita Seks Riil Tante Elok Polos yang Binal

Penisku terbaring kurang kuat kecapekan, basah kuyup oleh kombinasi lendir vagina Tante Anis dan spermaku sendiri. Sementara itu dari sela vagina Tante Anis lelehan tersisa spermaku yang warna putih kental terlihat mengucur keluar bersatu dengan lendir Tante Anis. Saya percaya spermaku banyak yang masuk ke dalam vaginanya karena hampir dua minggu saya belum mengeluarkannya. Tante Anis memiringkan tubuhnya dan mengelus-elus penisku.

“Edan kamu Doni….. belum-belum tante sudah keluar tiga kali… sepertinya tante tidak akan kuat nih jika ML sampai pagi….”
“Ah tidak apapun tante… khan ada Dewi, ia dapat menggantiin tante jika tante sudah capek… iya tidak,” kami ketawa cekikikan melihat Dewi yang dari barusan terlihat duduk resah meredam pergolakan gairah.

“Iya Dewi, mari kamu ikut-ikutan sini dong… bantuin saya ngerjain Doni… saya tidak akan kuat jika sendiri,” kata Tante Anis turut memanasi situasi.

“Ah… sepertinya saya tidak perlu bantuin Teh Anis…, tuch liat… Doni punyai sudah lemes… keliatannya ia sudah akan tidak kuat kembali bermain dengan Dewi….,” kata Dewi yang mulai menyikapi ajakan kami dengan 1/2 melawan.

“Tetapi jika punyaku dapat berdiri kembali Dewi ingin ikut-ikutan nggak…?” pancingku.
“Bisa aja… tetapi buktiin donk jika Doni punyai masih mampu berdiri kembali seperti barusan,” kata Dewi. Nampaknya Dewi telah memperoleh argumen yang cocok untuk turut gabung.
“Ok… saya akan tunjukkan jika sesaat lagi punyaku akan bangun dan keras seperti barusan tetapi ketentuannya harus Dewi yang bangunin yaa…” kataku tersenyum.

“Iya… tetapi dibersihin dahulu dong… Dewi tidak mau sisa Teh Anis… he… he.. he…” Saya lantas bangun ke kamar mandi untuk bersihkan penisku dari beberapa sisa cairan hasil persetubuhan dengan Tante Anis. Saat keluar kamar mandi terlihat Dewi telah duduk di pinggir tempat tidur. Sementara itu Tante Anis giliran duduk tanpa baju di atas bangku sekalian menenggak sekaleng bir hitam dan mengisap rokok.

“Mari sini anak muda…. kita tunjukkan apa kamu masih mampu berperang lagi…” kata Dewi sekalian tersenyum nakal. Sesudah mendapatkan argumen yang cocok, Dewi yang pernah terlihat malu mulai memperlihatkan gairah seks yang tidak kalah dari Tante Anis. Saya lantas membaringkan badanku pada tempat tidur.